Selasa, 03 Januari 2012

Ketika Budaya Sebagai Jati Diri Bangsa dijual Murah

Beberapa hari yang lalu, saya lupa tepatnya hari apa malam itu. saya melihat fakta dimana membuat saya tidak bisa melupakan peristiwa itu sampai dengan hari ini. kondisi yang mungkin menurut saya adalah sebuah kondisi mencoreng kebesaran bangsa kita, atas keaneka ragaman budaya, suku, dan bangsa. Malam itu saya melihat dimana budaya dijajankan murah, sebuah atraksi JARANAN yang digelar disetiap-setiap warung makan yang hanya dibuka setiap malam di sepanjang Jl. Zaenal Paga Alam demi mencari recehan uang, dan mungkin saja recehan tersebut untuk menyambung hidup para pemainnya.

Miris melihatnya, apa yang terjadi pada mereka, apa yang terjadi pada negeri ini. saya berfikir mungkin bukan hanya budaya Jaranan yang dijajankan murah tapi mungkin ratusan budaya lain yang ada di Indonesia pun demikian, karna desakan ekonomi yang buruk, harus kemudian menjajakan murah apa yang menjadi jati diri bangsa ini. Siapa yang bertanggung jawab atas ini semua, disisi lain kita mengatakan bahwa negeri ini adalah negeri yang kaya, salah satunya adalah kaya akan budaya. tapi sedikitpun tak berarti apa-apa untuk kesejahteraan masyarakat indonesia itu sendiri. 


Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. 
Dari pengertian budaya yang dipaprkan diatas budaya merupakan bagian dari sebuah identitas atau jati diri dari suatu bangsa. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya membuat negara kita memiliki jati diri yang besar dimata dunia. maka akan timbul pertanyaan yang besar apabila budaya yang menjadi salah satu kebesaran negara kita tercinta dijajakan murah dipinggir jalan. dari fakta tersebut maka ada beberapa kemungkinan yang melatar belakangi kondisi ini, yaitu :
  1. Nasionalisme yang terjadi dimasyarakat mengalami degradasi, sehingga sangat rentan melakukan hal-hal seperti diatas ketika dihadapkan pada kondisi yang sulit. seperti halnya kondisi yang hari ini menjadi permasalahan utama negara kita, yaitu masalah kesejahteraan dimana masyarakat kita masih banyak yang berada dibawah garis kemiskinan.
  2. Pemerintah belum sepenuhnya mengakomodir kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menjadi aset yang berharga dan bernilai tinggi.
Kondisi secara umum yang melatar belakangi adalah masalah kesejahteraan rakyat yang menutut pada penjualan murah harga diri bangsa, Ini harus menjadi perhatian pemerintah dalam mempertahankan kebesaran jati diri bangsa. Kondisi masyarakat yang menutut pada polapikir konsumtif dan instan harus ada upaya Pencerdasan kecintaan terhadap negara dan bangsa  perlu digalakkan oleh semua kalangan terutama pemerintah seiring dengan adanya pencerdasan politik, sehingga masyarakat tidak terlalu larut dalam sikap pragmatis dan individualis.


Selanjutnya, Pemerintah harus kemudian mengakomodir secara penuh semua kebudayaan yang ada indonesia sehingga menjadi aset yang bernilai. Jika budaya kita bernilai tinggi, ini pun akan membantu dan menjadi alternatif dalam mensejahteraan rakyat. mengakomodir kebudayaan secara penuh pun dapat membantu secara psikologis kedekatan rakyat terhadap pemerintah, karna memang sejatinya kebudayaan sangatlah dekat dengan masyarakat. Upaya mensejahterakan rakyat akan lebih mudah jika pemerintah mengenal lebih jauh rakyatnya ...


Asis Budi Santoso
budiansantos.blogspot.com

Senin, 02 Januari 2012

Dunia dalam Genggaman Kaum Globalis (Part1)

Prolog:

Saya bukanlah seorang yang tergila-gila pada teori konspirasi, tetapi saya cukup meyakini akan gerakan massif dari kaum yahudi untuk menguasai dan merusak dunia ini. Setidaknya bagi saya, membaca sesuatu mengenai teori dan fakta konspirasi, itu akan membuat saya mengetahui tentang betapa kejinya teori konsirasi dlm hantaran globalisasi.
Dan kita akan mendapatkan sebuah fokusan dalam pandangan dan gerakan. Bahwa musuh abadi kita sebagai umat manusia adalah kebathilan. Bukan saudara-saudara kita, atau bahkan pemimpin-pemimpin bangsa kita. Kita ini bagi mereka hanya seperti domba-domba tersesat, yg sedang mereka adu domba. Dan kebathilan utama yang ada di muka bumi saat ini adalah konspirasi daripada umat yahudi.
***

Perekonomian negara-negara barat saat ini sedang terguncang hebat. Baik eropa, maupun amerika, pasar sahamnya saat ini seperti sedang pingsan. Berbagai demonstrasi besar-besaran terjadi di berbagai daerah di amerika,  dengan tema serupa: Occupy Wallstreet. Menunjukkan betapa masyarakat barat sendiri sudah tidak percaya lagi terhadap pasar bursa saham negaranya.

Menurut pandangan saya, dengan melihat khusus pada negara adidaya amerika, gejolak krisis ekonomi yang terjadi di sana bukanlah sebuah musibah dari Tuhan. Krisis ekonomi yang terjadi di sana menurut saya merupakan sebuah kausalitas, sebab-akibat dari apa-apa yang telah dilakukan tangan-tangan mereka sendiri.

Betapa dunia akan selalu mengingat, sebuah pemicu perang politik negara amerika. Sebuah tragedy sarat konspirasi, dan demi membuka jalan bebas hambatan untuk melampiaskan nafsu perang Negara adidaya. Ya, itulah peristiwa 11 September 2001. Dengan menumbalkan menara kembar WTC, bangunan Pentagon, beserta rakyat tak berdosanya, mereka menangguk keuntungan sebagai dalih korban, bertahun-tahun setelahnya.

Dengan lantang mereka meneriakkan ganyang teroris yang wujudnya tak kasat mata, entah gaib entah rekayasa. Dimulakan dengan invasi Afganistan satu tahun setelah tragedy WTC. Kemudian dilanjutkan dengan invasi Irak pada 2003. Dan berbagai peperangan-peperangan dan penyerangan baik secara langsung oleh amerika, melalui negara kaki-tangannya, maupun bersama para sekutu. Sebut saja seperti penyerangan Lebanon dan Palestina.

Seperti sudah kita ketahui, selain untuk membuka jalan demi mengamankan pemerintahan Israel di “The Promised Land” -Tanah yang Dijanjikan, peperangan-peperangan di wilayah Timur Tengah ini merupakan salah satu strategi untuk memutar roda perekonomian amerika yang mulai stagnan. Dengan adanya program perang ini, maka diharapkan produksi senjata, alat-alat tempur, hingga gaji tentara akan melancarkan perputaran ekonomi negara. Peningkatan kebutuhan alat-alat tempur dan senjata akan menaikkan produksi dalam negeri. Sedangkan dengan terus mengalirnya gaji untuk tentara akan menaikkan tingkat perekonomian dari sisi konsumsi.
***


>Bersambung, insyaAllah



oleh Mubaroq Dinata
http://mubaroqdinata.blogspot.com/ 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...